Perumahan kayana 2 bekasi | kayana 2 residence | perumahan kayana 2

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Sabtu, 29 Oktober 2016

Tidak menikah dan bercerai yakni pilihan. Jangan menghakimi orang yang tidak menikah, juga orang yang menentukan berpisah dengan suami atau istrinya. Karena menikah bukanlah #lifegoals.


Saat remaja, yang ada di bayangan saya soal konsep menikah hanya seputar pesta pernikahan. Ingin menikah di hutan, ingin wedding dress selutut menyerupai yang digunakan Han Ji Eun di serial Full House, ingin pake Dr Martens untuk menikah. Tidak pernah khawatir soal kehidupan ijab kabul itu sendiri.

Beranjak kuliah dan dewasa, saya mulai bertanya-tanya apakah menikah sama dengan senang selamanya? Bagaimana bila saya ingin sendirian sementara harus satu rumah terus dengan suami?


Itu twit saya tahun 2010. Itu yakni titik di mana saya mulai sadar kalau menikah harus dengan orang sempurna atau lebih baik tidak menikah sama sekali! Saya mulai sadar kalau tidak menikah dan bercerai yakni pilihan. Saya mencar ilmu tidak menghakimi orang yang tidak menikah dan juga tidak memandang sebelah mata orang yang menentukan berpisah dengan suami atau istrinya.

Menikah, tidak menikah, tetap menikah, dan berhenti menikah itu sebenar-benarnya pilihan.

Dan sebalnya, urusan menikah ini lebih rempong untuk perempuan. Masih banyak wanita yang ditanya kapan nikah padahal usia gres 20 tahun. Umur 25 jadi deadline menikah, laki-laki masih mending, deadlinenya biasanya di umur 30. Pertanyaan "kapan nikah?" jadi pertanyaan wajib untuk semua orang, padahal siapa bilang semua orang HARUS dan MAU menikah?

Kamu menentukan untuk menikah sekarang, kau menentukan untuk menikah nanti. Kamu menentukan untuk menikah dengan dia, kau menentukan untuk tidak menikah dengan ia dan menunggu laki-laki yang kau anggap lebih baik. Kamu kesannya menentukan untuk tidak menikah. Semua perihal pilihan.

Maka saya agak kecewa dengan goresan pena yang mengutip buku Henry Manampiring (dikenal sebagai @newsplatter di Twitter) berjudul Tips Dapat Jodoh dari Henry Manampiring untuk Perempuan Pintar yang Sulit Dapat Pasangan.

Perempuan yang dimaksud di artikel itu yakni para wanita alfa atau alpha female, wanita yang secara natural biasanya berilmu dan berjiwa pemimpin.

Artikelnya panjang, saya tidak tahu apakah bukunya memang berisi kalimat-kalimat di bawah ini atau ini penafsiran dari penulis artikel. Mind you, goresan pena saya ini juga akan panjang.

Artikelnya kurang lebih berisi bahwa alpha female biasanya terlalu berpengaruh dan kurang peka sehingga sulit menikah. Masalahnya ada kalimat-kalimat yang menyiratkan seolah tujuan hidup semua orang yakni menikah, seolah bila kau wanita berilmu dan tidak menikah maka kau harus berubah! (kalimat dari artikel orisinil saya tulis miring).

Ketika kau berhasil menunjukkan sisi aktual dari kerja kerasmu, percayalah bahwa lelaki niscaya akan tertarik.

Perempuan berilmu dan andal katanya sering 'ditakuti' oleh laki-laki sehingga sulit mendapat pasangan.

Dan meminta para wanita ini untuk “menurunkan” kriteria laki-laki idaman supaya cepat sanggup pasangan. Juga perihal laki-laki yang terintimidasi alasannya kelebihan-kelebihan yang dimiliki sang alpha female. Aku kok sedih. Kenapa semua dilakukan demi laki-laki? T______T

Jangan terlalu pemilih. Sebagai wanita yang hebat, masuk akal bila kau mempunyai kriteria yang tinggi. Tapi, bukan berarti kau berkeras untuk mendapat sang alpha male semoga kau dan ia tampak serasi.

Kalimat ini serupa pembenaran atas kalimat orang “makanya jadi wanita jangan pinter-pinter amat nanti susah sanggup laki”. Hih!

Seperti yang jutaan orang lainnya juga mengamini, menikah sama sekali bukan prestasi. Kalian hanya kebetulan bertemu satu orang yang bersedia saling merecoki satu sama lain seumur hidup, menyamakan prinsip hidup, dan tinggal bersama. Makara alasannya kau menikah bukan berarti kau lebih superior dari orang yang belum menikah.

(Baca: Jangan Dulu Menikah Kalau ...)

Karena banyak loh yang pengen buru-buru lulus kuliah biar sanggup nikah, like hellow? Lulus kuliah biar sanggup punya ilmu yang berkhasiat buat orang lain aja gimana?

Percaya nggak sih, menikah itu cuma duduk kasus timing. Kalau hidup kau standar begini nih ya, kau pacaran dari SMA, kemudian putus. Kamu pacaran ketika kuliah kemudian putus juga. Kamu pacaran ketika kerja kemudian putus dengan alasan “belum siap nikah” atau ia menduakan sama bosnya, endebrei endebrei.

Kemudian kau punya pacar lagi di umur deadline menikah. Keluarga kau yang sebelumnya tidak peduli jadi mulai peduli ia kerja di mana, gajinya berapa, latar belakang keluarganya bagaimana. Kamu jadi pribadi merasa ia “the right one” padahal cuma alasannya “oh kini waktunya gue nikah deh, baiklah deh nikah sama dia”.

LAH IYA KAN PACARANNYA SAMA DIA.

Bisa juga kau jadi merasa “oh kini waktunya gue nikah ya, tapi duh nggak deh nikah sama dia, putus deh”. Diputusin alasannya kau merasa sudah waktunya kau menikah dan kau nggak mau buang-buang waktu sama dia. See, it’s all about timing!

Kembali ke urusan alpha female yang bikin takut laki-laki.

Saya tidak sepakat dengan artikel itu yang bilang cari jodoh lebih susah untuk wanita kuat. Bok, cari jodoh mah emang susah. Nggak peduli itu wanita karakternya apa.

Alpha female ini biasanya masih kuliah (lagi), punya bisnis yang sedang berkembang atau sedang di puncak karier ketika usia menikah maka mereka menunda menikah alasannya sedang semangat sekolah atau semangat bekerja. Apa itu salah? Ya nggaklah, itu kan pilihan.

Mereka ini banyak kok, saya ulang ya BANYAK yang kesannya menikah di usia 30 sekian. Sekolah sudah selesai, karier sudah mantap. Makara nggak valid sama sekali kalau bilang alpha female susah menikah.

Banyak juga yang menikah sambil tetap kuliah dan berkarier. Banyak wanita yang saya kenal menentukan menikah sambil kuliah dan berkarier alasannya kenapa tidak? Orang-orang ini yang sanggup kerja di siang hari, kuliah ketika weekend, SAMBIL HAMIL. Sering kan denger wanita andal menyerupai ini?

Tapi memang banyak juga yang menentukan tidak menikah DULU alasannya ingin fokus di hal lain. Banyak juga yang menentukan TIDAK menikah alasannya memang tidak mau seumur hidup harus berdiskusi dengan orang lain soal pilihan-pilihan hidup.

Makanya saya geleng-geleng kepala dengan artikel itu alasannya kenapa ada kesimpulan kalau para alpha female ini harus menunjukkan sisi aktual dari kerja keras AGAR LELAKI TERTARIK? Kenapa juga harus menurunkan kriteria laki-laki idaman SUPAYA CEPAT MENIKAH? Kenapa semua jadi dilakukan demi laki-laki?

Kalau kau alpha female dan ingin menikah, saya sepakat dengan bab memperluas bundar pertemanan dan introspeksi diri. Karena mau kau alpha female atau bukan, memperluas networking dan memperbaiki diri mah nggak ada salahnya. Walaupun juga, kau bukan sedang cari jodoh.

Iya betul, alasannya alpha female sulit menikah hanyalah stereotype. Ketika wanita berilmu sulit menikah maka orang usil akan berkomentar “kepinteran sih makanya susah nikah”. Tapi ketika ini wanita nggak pinter-pinter amat, kariernya nggak bagus-bagus amat belum menikah juga, komentarnya ganti “makanya jangan pilih-pilih amat lah, jadinya susah nikah kan”.

Dan komentar menyerupai ini kan terjadi pada semua orang, cuma modelnya saja yang berubah. Kalau menikah pun nanti akan dikejar “ayo cepet punya anak keburu bau tanah loh” udah punya anak satu disuruh punya anak kedua. Udah punya anak kedua masih direcoki “dih anaknya dititipin pembantu kok nggak malu”. Udalah.

Perempuan, menikah atau tidak menikah. Sedang menikah atau sudah selesai menikah, tidak ada bedanya. Mereka tetap sanggup bekerja dan berkarya, tetap sanggup menciptakan bangga. Yang beda hanya judgment dari masyarakat.

Lagipula, MENIKAH ITU MEMANG HARUS PILIH-PILIH, pemirsa. Menikah dengan orang yang tidak sempurna hanya akan bikin kau stress, percayalah.

(Baca: 30 Hal yang Harus Didiskusikan Sebelum Menikah)

Menikah bukan #lifegoals. Daripada menurunkan kriteria hanya demi status menikah, cintai diri kau sendiri, buat dirimu bahagia, ikut komunitas hal-hal yang kau sukai, keliling dunia, cek bucket list, bungee jumping di Macau tower, diving di bahari terdalam, jadi volunteer orangutan, ciptakan hal baru, kuliah di kampus terbaik di dunia, bekerja lah di perusahaan terbaik dunia.

Jangan mengubah diri dan menjauhkan keinginan demi laki-laki. Kalau kau berubah demi laki-laki dan menikahinya, belum tentu kau lebih bahagia. Karena laki-laki yang cocok buat kau yakni laki-laki supportive yang tidak minder apalagi membatasi. :)

Satu hal lagi, jangan gampang terpengaruh omongan orang lain.

"Turns out, real life is a little bit more complicated than a slogan on a bumper sticker. Real life is messy. We all have limitations. We all make mistakes. Which means―hey, glass half full!―we all have a lot in common. And the more we try to understand one another, the more exceptional each of us will be." -- Judy Hopps, Zootopia Police Department. 
-ast-

PS: untuk pembaca baru. Ya, saya menikah dengan satu anak. :)

0 komentar:

Posting Komentar