Videonya sih agak nggak nyambung ya berdasarkan gue. Dari pertanyaan "Pernah pamer masakan demi like dan komentar di media sosial?" hingga di simpulan mereka mengajak menghargai makanan. Emang jikalau difoto, masakan itu jadi nggak kita hargai gitu? -________-
Intinya kita harus menghargai masakan dengan tidak memotretnya (?) sebab masih banyak "kaum" yang makannya hanya dengan nasi+telor, nasi+tempe, bahkan nasi+garem+bawang goreng. Bahkan ada yang makan telor sebab sedang ulang tahun.
Videonya ditonton hampir 1,5juta kali dengan 50k shares. Sakses lah kan emang tujuannya cuma bikin viral video bukan mau mengembangkan pesan. Ya gimana pesannya juga nggak ada lol.
Yang heboh justru komentar orang yang share sebab merasa tersentuh dengan videonya. Di timeline gue banyak yang merasa tersindir lalu "nggak-nggak lagi deh foto makanan" hingga "untung gue nggak pernah foto makanan".
Luar biasa hingga bikin orang mikir 2x untuk posting foto masakan dan bisa mengambil laba sebab nggak pernah foto masakan (?). Untung kenapa jikalau nggak pernah foto makanan?
Gue nulis gini bukan sebab kesindir ya sebab GUE NGGAK PERNAH FOTO MAKANAN. Hahaha. Bisa dicek Instagram gue @annisast, nggak ada foto masakan sama sekali. Kenapa?
Pertama, gue nggak talenta foto masakan apalagi jadi food blogger, lupa mulu. Pasti keburu pribadi dimakan padahal udah niat mau review restoran. Ya gimana mau review jikalau makanannya habis duluan. Kurang amat review restoran nggak ada foto makanannya.
Kedua, meennn foto masakan juga karya seni. Sama susahnya kaya motret #minimalismscene di IG (JG lagi di pedoman ini btw, check his feed @jago_gerlong). Gue sering foto masakan tapi nggak jadi diupload sebab kok nggak manis ya? Kok nggak menggugah selera ya? Kok gelap? Kok nggak menarik?
Iya sesusah itu.
Tapi gue nggak jadi merasa terganggu juga sama orang yang foto makanan, terutama yang fotonya memang manis dan artistik. Gue malah mengagumi hasil fotonya. Kadang kabita ingin makan juga, tapi seringnya nggak peduli sebab banyak juga foto masakan indah tapi makanannya gue sebenernya nggak suka.
Banyak juga orang super kaya foto masakan yang seumur hidup kayanya nggak bakal bisa gue makan sebab entah belinya di mana muahahahah. Ini tipe-tipe rich kids of Instagram yang ke mana-mana pake jet pribadi padahal umur masih 18 tahun. Apa gue jadi iri dan pengen masakan mereka? Nggak juga. Apa mereka jadi nggak menghargai masakan sebab jikalau pengen sushi, mendadak suruh nelayan mancing di maritim terus chefnya dibawa ke rumah sementara gue makan Sushi Tei aja udah bahagia? Nggak juga kan?
Banyak juga ibu-ibu yang foto masakan terus share resep dan jadi wangsit bagi ibu-ibu lainnya. Dari foto masakan hari ini hingga foto bekal buat suami dan anak.
Dan gue nggak dapet sama sekali maksudnya "ayo lebih menghargai masakan dengan tidak memotretnya". Kenapa sebab difoto, kita jadi nggak menghargai makanan? Yang penting bersyukur aja ya nggak? Kecuali makanannya sambil diinjek atau didudukin gitu gres nggak menghargai. Atau makannya nggak habis dan dibuang-buang gitu gres nggak menghargai. Kalau difoto doang mah ah elaahhh.
Iya iya, banyak orang yang susah makan, tapi nggak ada hubungannya sama orang yang hobi food photography atuh. Zaman kamera belum ditemukan aja niscaya udah ada orang yang susah makan mah.
Tapi ya udah diliat sisi positifnya (masih ada sisi positifnya, saya anaknya konkret sekali) yakni mengingatkan jikalau banyak orang yang makannya menunya nggak variatif jadi bantu lah lebih banyak orang. :)
Gue sih naker orang aja dari komentar yang share muahahahha. Oh share begitu, oh praktis terpengaruh sama video semacam itu yang padahal nggak ada isinya. Oohh. *manggut-manggut* lolol
Udah ah.
0 komentar:
Posting Komentar