Perumahan kayana 2 bekasi | kayana 2 residence | perumahan kayana 2

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Jumat, 03 Juni 2016


Oke, ini kayanya agak kurang sempurna disebut gender sih, tapi nggak sepenuhnya perihal jenis kelamin juga. Tapi dapet kan maksudnya?

Di dunia yang setiap hari penuh pelecehan ini (seperti masalah pramugari Gender pada Balita

Ketika saya curhat ini pada psikolog, psikolognya agak resah sebab memang terlalu dini untuk Bebe mengerti ada bedanya pria dan perempuan. Bebe gres akan berusia 2 tahun selesai ahad ini, FYI.

Kata psikolognya: "Ibu, ketika anak melaksanakan sesuatu yang salah, ia tidak boleh melakukannya, baik pada pria ataupun perempuan. Misal ia mendorong anak lain hingga jatuh, ia tidak boleh menyerupai itu, baik pada anak pria atau perempuan."


Iya, tapi bersama-sama ada hal-hal yang dapat dilakukan bersama sahabat laki-laki, tapi tidak dengan sahabat perempuan. Seperti contohnya lari-lari keliling ruangan kemudian saling menabrakkan diri.

Bolehlah main begitu sama anak pria sebab pas goresan terus jatuh timpa-timpaan gitu malah ketawa-tawa kan anak pria mah. Masalahnya ketika anak wanita diperlakukan sama, ditabrak hingga jatuh. YA NANGIS LAH. Ada sih anak wanita yang nggak nangis, tapi sebaiknya jangan main bernafsu gitulah sama anak perempuan. Kecuali anak perempuannya yang ngajak main duluan ya.

Atau di rumah. Bebe dan JG bahagia main gulat-gulatan, Bebe loncat-loncat atau bangkit di perut JG, atau loncat terus duduk seketika. Ya mereka main gitu lempeng aja, tapi ketika Bebe berusaha main gitu juga sama saya. YA NANGIS LAH SAYA.

Sakit tubuh banget sissss. Kejeduk kepala aja kepala saya yang pusing, Bebe mah ketawa-tawa aja lanjut main. (WHY GOD WHY)

(Baca juga: Garuda itu atau lebih parahnya lagi perihal Gender pada Balita

Ketika saya curhat ini pada psikolog, psikolognya agak resah sebab memang terlalu dini untuk Bebe mengerti ada bedanya pria dan perempuan. Bebe gres akan berusia 2 tahun selesai ahad ini, FYI.

Kata psikolognya: "Ibu, ketika anak melaksanakan sesuatu yang salah, ia tidak boleh melakukannya, baik pada pria ataupun perempuan. Misal ia mendorong anak lain hingga jatuh, ia tidak boleh menyerupai itu, baik pada anak pria atau perempuan."


Iya, tapi bersama-sama ada hal-hal yang dapat dilakukan bersama sahabat laki-laki, tapi tidak dengan sahabat perempuan. Seperti contohnya lari-lari keliling ruangan kemudian saling menabrakkan diri.

Bolehlah main begitu sama anak pria sebab pas goresan terus jatuh timpa-timpaan gitu malah ketawa-tawa kan anak pria mah. Masalahnya ketika anak wanita diperlakukan sama, ditabrak hingga jatuh. YA NANGIS LAH. Ada sih anak wanita yang nggak nangis, tapi sebaiknya jangan main bernafsu gitulah sama anak perempuan. Kecuali anak perempuannya yang ngajak main duluan ya.

Atau di rumah. Bebe dan JG bahagia main gulat-gulatan, Bebe loncat-loncat atau bangkit di perut JG, atau loncat terus duduk seketika. Ya mereka main gitu lempeng aja, tapi ketika Bebe berusaha main gitu juga sama saya. YA NANGIS LAH SAYA.

Sakit tubuh banget sissss. Kejeduk kepala aja kepala saya yang pusing, Bebe mah ketawa-tawa aja lanjut main. (WHY GOD WHY)

(Baca juga: sexual harassment di kampus), saya ingin mengajarkan semenjak dini pada Bebe bahwa ada pria dan ada perempuan. Bahwa ada hal-hal yang tidak boleh Bebe lakukan pada wanita sebab wanita harus dihargai.

Bebe should never harass or abuse woman in any way possible. Physically or verbally. NO, and that's me and JG's responsibility.

Baca punya Isti:

Ketika saya curhat ini pada psikolog, psikolognya agak resah sebab memang terlalu dini untuk Bebe mengerti ada bedanya pria dan perempuan. Bebe gres akan berusia 2 tahun selesai ahad ini, FYI.

Kata psikolognya: "Ibu, ketika anak melaksanakan sesuatu yang salah, ia tidak boleh melakukannya, baik pada pria ataupun perempuan. Misal ia mendorong anak lain hingga jatuh, ia tidak boleh menyerupai itu, baik pada anak pria atau perempuan."


Iya, tapi bersama-sama ada hal-hal yang dapat dilakukan bersama sahabat laki-laki, tapi tidak dengan sahabat perempuan. Seperti contohnya lari-lari keliling ruangan kemudian saling menabrakkan diri.

Bolehlah main begitu sama anak pria sebab pas goresan terus jatuh timpa-timpaan gitu malah ketawa-tawa kan anak pria mah. Masalahnya ketika anak wanita diperlakukan sama, ditabrak hingga jatuh. YA NANGIS LAH. Ada sih anak wanita yang nggak nangis, tapi sebaiknya jangan main bernafsu gitulah sama anak perempuan. Kecuali anak perempuannya yang ngajak main duluan ya.

Atau di rumah. Bebe dan JG bahagia main gulat-gulatan, Bebe loncat-loncat atau bangkit di perut JG, atau loncat terus duduk seketika. Ya mereka main gitu lempeng aja, tapi ketika Bebe berusaha main gitu juga sama saya. YA NANGIS LAH SAYA.

Sakit tubuh banget sissss. Kejeduk kepala aja kepala saya yang pusing, Bebe mah ketawa-tawa aja lanjut main. (WHY GOD WHY)

(Baca juga: 10 Tips Agar Balita Cepat Lancar Bicara)


*

Mendengar dongeng saya, psikolognya gres ngerti. Bebe sudah terpapar lingkungan dengan banyak anak sebaya semenjak kecil jadi mau tidak mau duduk kasus ini muncul sebab beliau merasa erat dengan semua temannya. Ya jikalau anak yang di rumah aja kan nggak mungkin tiba-tiba main tabrak-tabrakan dengan anak yang gres ia temui di mall gitu. Pasti lempeng aja.

Psikolog-nya kemudian menjelaskan bahwa hingga usia 5-6 tahun, pengetahuan anak perihal jenis kelamin masih blur. Oke di umur 4 tahun beliau akan tahu bedanya. Ayah itu pria dan ibu itu perempuan, tapi itu mungkin hanya tau dari penampilan fisik, beliau belum tahu apa yang harus dilakukan pada orang dengan penampilan fisik menyerupai itu?


Jadi gimana dong cara mengajarkan gender pada balita? 


1. Jelaskan berulang-ulang


Ini yang paling utama dikala ingin menanamkan sesuatu pada anak. Jelaskan dan jangan bosan. Saya selalu berusaha menjelaskan "Bebe, xx itu perempuan. Jangan menyerupai itu pada wanita ya. Main kaya gitu dengan xx atau yy aja (yang laki-laki)."

Atau dikala Bebe nimpa-nimpa saya, saya akan bilang: "Main menyerupai itu dengan appa ya, tidak dengan ibu."

Bebe? Bengong dong tentu saja. Tapi ya, saya ulang dan saya ulang. Biarlah semoga tetap ada di ingatan meskipun belum 100% mengerti.

2. Bedakan antara pria dan perempuan

Caranya jikalau ada topik yang dapat sekalian belajar, sekalian selipkan pelajaran hahaha. Kaya contohnya liat saya solat pakai mukena.

Bebe: "Ibu pake mukena?"

Saya: "Iya sebab ibu perempuan, jikalau pria menyerupai Bebe dan Appa, pakainya sarung."

Bukan semata-mata mengajarkan sarung dan mukena, tapi mengajarkan bahwa ibu dan appa berbeda.

3. "Kakak cantik"

Kalau bertemu dengan anak kecil perempuan, saya selalu menyebut mereka dengan "kakak cantik" tapi jikalau anaknya laki-laki, saya hanya bilang dengan "kakak". Untuk diferensiasi aja sebenernya.

Dan Bebe ngerti banget! Di buku-buku beliau jikalau ada gambar anak wanita beliau bilang "kakak cantik" sebaliknya jikalau anak pria beliau hanya bilang "kakak". Berarti tinggal sabarnya aja ya ini hingga beliau tidak memperlakukan anak wanita menyerupai anak laki-laki. Hahahaha.

4. Alat kelamin
Menurut teori psikososial-nya Sigmund Freud (WOOO BAWA-BAWA SIGMUND FREUD WOOOO), dari usia 2 hingga 6 tahun ialah fase phallic di mana anak mulai tertarik dengan alat kelamin. Makanya suka dipegang-pegang ya kan.

Bebe pernah nanya: "ibu t*tit ibu mana?"

Nah itu dikala yang sempurna untuk menjelaskan bahwa ibu tidak punya sebab ibu perempuan. Appa punya sebab appa laki-laki. Nggak awkward sih sebab ya ngomong sama anak sendiri masa awkward?

"Don't be awkward because we want that we, his parents, will be the one he relies on when it comes to sexual questions. Nowhere else."

5. Ajari perihal rasa malu

Bahwa keluar kamar mandi itu harus pakai handuk. Keluar rumah itu harus pakai baju dan celana lengkap. Sekalian juga ajari bagian-bagian yang tidak boleh dipegang orang asing.

Ya ini udah banyaklah artikel soal mengajari rasa aib ini pada anak. Ini penting untuk menjaga anak juga.

*

Udah sih itu aja. Untuk hal lain menyerupai warna dan mainan, Bebe gender free sih. Nggak berarti sebab Bebe pria beliau jadi nggak pake baju pink. Atau sebab beliau pria beliau jadi tidak boleh main boneka. Boneka Bebe banyak banget dari bayi, mau main masak-masakan boleh, meski mainan favoritnya ya main mobil-mobilan dan bola juga.

Apalagi soal urusan rumah tangga. Benci banget saya yang membagi-bagi urusan rumah tangga sebagai urusan pria dan urusan perempuan. Makara anak wanita mencar ilmu masak-masakan dan anak pria main lego bikin rumah gitu? Ew, no. Kalau Bebe mau keduanya boleh, mau main masak-masakan aja juga boleh.

Kalau JG selalu mencontohkan sekolah-sekolah di mana ya lupa (Inggris apa ya?) yang men-gender neutral-kan sports. Makara tim sepakbola itu campur aja pria dan perempuan, nggak digabung sebab kata siapa sepakbola itu olahraganya laki-laki? Kalau wanita mau juga boleh.

Yes, being a parents is a never-ending homework, with our children as our teacher. :)

-ast-

0 komentar:

Posting Komentar