Perumahan kayana 2 bekasi | kayana 2 residence | perumahan kayana 2

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Rabu, 01 Juni 2016



Makara kemarin saya baca di Seventeen (oh yes I read them a lot even tho i'm far from seventeen years old), ada sebuah keluarga Palestina yang tinggal di Amerika. Anaknya 4, wanita semua, semua kelahiran Amerika, warga negara Amerika. Cerita diceritakan dari sudut pandang anak ketiga.

Intinya kedua abang perempuannya tiba-tiba hilang sehabis lulus SMP. Ibunya bilang mereka ada di kampung. Sampai ia sendiri lulus Sekolah Menengah Pertama dan nggak ada gejala akan didaftarkan ke SMA. Dia disuruh membisu di rumah dan dibilang harus berguru jadi "good housewife" dengan berguru masak dan beres-beres rumah.


Baca punya Nahla di sini:


Long story short pas umurnya 14 tahun, ia dibawa juga ke Palestina dan tiba-tiba diajak ketemu beberapa pria dan kemudian dipaksa menikah. Dia nggak maulah, tapi balasannya nikah juga. Yang inspiring adalah, ia berhasil menghubungi US Embassy untuk kemudian dibantu kabur dari rumah suaminya dan kembali ke Amerika.

Karena menikah-paksa-kan anak di anak-anak yaitu ilegal untuk warga negara Amerika (dan kita juga sih sebenernya). Dia kemudian tinggal di beberapa keluarga (foster family) yang mau nampung ia hingga balasannya salah satu keluarga itu mau mengadopsi ia jadi anaknya.

Dan ia harus melewati beberapa persidangan melawan ibunya untuk memilih apakah ia akan dipelihara negara atau balik ke ibunya. Tapi ternyata ibunya melepas gitu aja, nggak ada beban jika harus mempertahankan anak kandungnya sendiri. Akhirnya ia sekolah lagi, lulus kuliah, dan kerja. Dengan keluarga gres yang lebih sayang sama ia dibanding keluarga kandung ia sendiri.

Saya bacanya speechless. Sedih banget. Kalau kita udah nggak dapat percaya sama ibu kandung kita sendiri, sama siapa kita harus percaya?

Dan berapa juta anak Indonesia mengalami hal yang sama, nggak punya kesempatan untuk kabur, dan terpaksa kehilangan masa depan sebab dikawinkan paksa?

Gini, ketika ada ibu menyiksa anaknya, kita akan tau jika ibu itu depresi atau punya penyakit jiwa. Tapi melepas anak lo untuk nikah sama orang lain di usia yang sangat muda, itu namanya kabur dari tanggung jawab, bukan sakit jiwa. Beda. Yang satu sakit, yang satu tolol.

Udah tahu nggak akan mampu besarin anak, kenapa masih harus beranak sih? Empat pula dan tiga dari empat itu pribadi dibuang gitu aja di umur 13-14 tahun untuk melepaskan tanggung jawab. Such an idiot. Orang-orang kaya gini nih yang harusnya tidak boleh kawin.

Nikah paksa itu gila banget loh. Apalagi keterusan nggak senang dan punya anak. Akan ada 2 generasi yang jadi korban. Ibu yang punya anak di luar kemauannya, akan ibarat apa membesarkan anaknya?

Saya punya sobat yang dinikahkan paksa oleh ibunya ketika lulus SMA, suaminya kaya raya. Sampai kini nggak bahagia, statusnya selalu mellow. Anaknya satu, cerai sama suaminya dan struggling jadi single mom sebab punya anak di usia sangat muda dan nggak pernah kuliah. Kerja pun ya gitu-gitu aja.

Oh ada yang senang dinikahkan paksa? Setelah berapa lama? Ya jika namanya "dipaksa" mah udah berarti nggak akan senang lah. Apalagi dengan pria yang bukan pilihan anaknya sendiri.

Dan saya kepikiran lamaaaa banget sama artikel ini hingga ngelamun. Bahwa hal-hal kaya gini itu di luar kuasa kita. Bahwa ketika negara menciptakan aturan anak nggak boleh nikah di anak-anak sekian aja nggak ditanggepin sama orang-orang ini, kita tau otak mereka seberapa jauh dipakenya.

Mereka nggak peduli itu ilegal atau nggak, yang penting hidupnya nggak susah lagi. Yang penting anak mereka ada "di tangan yang tepat", suka atau tidak, senang atau tidak. Yang penting dapat makan.

SEDIH BANGET. Perut memang selalu jadi urusan nomor 1.

Makanya saya selalu menganggap aktivitas Keluarga Berencana itu brilian banget. Soeharto emang sarap ya diktator banget hingga punya anak berapa aja ia atur sama negara. Dia kampanyekan ke desa-desa.

Untuk apa? Untuk mempertahankan kualitas hiduplah. Lo nggak punya anak aja hidup susah kok mau punya anak 4. Ujung-ujungnya nggak sekolah kan, jika pria kerja jadi apapun level kuli, jika wanita ya dinikahkan paksa.

Apa yang harus kita lakukan? Kampanyekan lagi KB?

Tolonglah kampanyekan jika mau kawin itu mikir. Iya anak lahir dengan rezekinya masing-masing, tapi seberapa banyak kita baca bayi meninggal sebab dikasih makan di usia beberapa hari sebab orangtuanya nggak mampu beli susu dan ASI nggak keluar?

Saya selalu nganggap orang-orang susah kaya gitu ASI nya nggak keluar sebab mereka makan aja nggak bergizi. Ngerasain banget soalnya jika makan banyak dengan sayur dan protein, ASI kenceng. Kalau makan sedikit, ASI kurang. Ya jika ibunya makan aja susah? Gimana ASI nya mau keluar? Ya kan?

Dan orang-orang judge: ASI niscaya keluar! Lo aja kurang usaha. Kurang uang sih sebenernya buat makan, jika makan bergizi mungkin ASI nya keluar.

Ya gitulah. Cuma mau share keresahan aja yang tidak ada solusinya. Plis om tante, jangan kawinkan paksa anak-anakmu dengan alasan masa depan.

:(

-ast-

0 komentar:

Posting Komentar