Perumahan kayana 2 bekasi | kayana 2 residence | perumahan kayana 2

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Minggu, 04 Desember 2016

foto: Republika

Ya, dari agresi 212 kemarin itu saya berguru banyak. Banyak sekali. Hal positif dan hal negatif yang jadi pengingat diri sendiri.

Sebelum agresi pertama 411, saya banyak cincong pada orang yang tetap pada pendirian jika agresi ini murni bela agama. Saya keukeuh itu bullshit, agresi itu politis.

Baru di 212 kemarin saya melihat mereka memang membela agama. Minimal tidak ada yang terlihat di kamera TV teriak "bunuh Ahok". Orang-orang yang berkumpul ini membela kepercayaannya.

Baca punya Nahla: 212
dan punya mba Windi: Catatan Aksi Bela Islam 212

Ini hal-hal yang saya pelajari dari agresi 212 kemarin:

1. Aksi sanggup berjalan tenang sebab tujuannya baik


Ya, sebagian besar tiba dengan tujuan zikir, doa, dan salat Jumat bersama. Masa mau bilang tidak baik. Banyak teman yang ikut dengan alasan "kapan lagi salat dengan jamaah sebanyak itu" atau "serasa sedang umroh sebab berkumpul dan berjalan dengan sesama muslim dalam jumlah banyak".

Whoa saya gres terpikir hingga ke sana. Seperti umroh, mungkin iya juga. Padahal di Jakarta, Jakarta rasa Mekkah.

2. Rumput aman, Monas bebas sampah

Katanya saling mengingatkan ya untuk tidak membuang sampah dan tidak menginjak rumput. Terharu sekali. Kalau diaplikasikan pada hidup sehari-hari niscaya Jakarta rapi. Soalnya saya sering berantem sama orang gara-gara orang buang sampah sembarangan huuuu. 👎🏻

3. Orang baik itu masih banyak

Ada seorang bapak bau tanah yang hilang kemudian ditemukan. Pedagang memberi dagangannya gratis. Sungguh berbuat baik sanggup dengan cara apa saja. 😊

4. Tidak semua orang sanggup berlaku adil

Begini, ketika agresi siang 411 tenang ada yang tetap merusuh dengan berteriak "bunuh Ahok" ya akui sajalah bahwa ketika itu memang tidak sedamai itu. Bahwa itu menciptakan takut banyak orang. Mungkin sebab tujuannya kurang jelas? Datang kemudian apa? Kalau kemarin kan jelas, tiba untuk salat berjamaah dan doa bersama.

Sebaliknya juga ketika agresi 212 damai, ya akui juga dong damai. Ada beberapa teman yang keukeuh mencari-cari kesalahan. Dan hanya share jelek-jeleknya saja.

Saya jadi gemes sendiri sama orang-orang model begini. Saya masih tidak oke aksi, tapi kenyataannya tenang kok. Masa mau maksa-maksa tidak damai.

Catcalling? Yah, regardless agamanya apa, cowok-cowok di Indonesia emang hobi amat catcalling. 😭

Cuma emang miris sih jika tujuan mau zikir dan doa tapi di jalan catcalling cewek. 😪

5. Jangan mengabaikan fakta dan logika

Ya, mungkin terbawa euforia. Tapi tidak lantas menjelekkan media yang menyebut akseptor agresi hanya 1juta misalnya. Itu tidak asal hitung loh, ada metodenya. Keukeuh 7juta tapi ditanya cara menghitungnya gimana malah eksklusif emosi "situ ga ikut kan ga usah iri dengki begini lah!"

Lha. Logikanya nggak sampai. Bukan saya yang bikin status jadi saya speechless sama yang komen. Mau ikut komen tapi ah sudahlah.

Kalau memang ikut dan merasa di sana banyak orang, tidak usahlah pedulikan angka. Kalau mau peduli angka, ya harus peduli juga cara menghitungnya. Angka kan ilmu pasti.

6. Sombong itu macam-macam modelnya

Sebagai orang yang sering dibilang congkak oleh Nahla, saya merasa kesombongan saya nggak ada apa-apanya dibanding orang-orang ini. Hahaha. Ya apaan sombong saya cuma level 2 tahun 2 juta views buat blog. Hampir nggak pernah nulis status soal blog, sekalinya bikin eksklusif dicap congkak. 😂

Ada yang menulis kurang lebih begini "ah agresi kemarin biasa saja, tidak istimewa, mengumpulkan massa atas nama agama itu tidak perlu dibanggakan sebab sering terjadi di aneka macam negara dan aneka macam agama." Kemudian dia dibully.

Ya mau nggak besar hati juga silakan sih, terserah deh. 😂 Tapi jika ada orang bangga, ya supaya juga. Orang kan punya pendapat masing-masing.

Ada juga yang menulis jika ratusan ribu orang tiba untuk istigosah itu sudah biasa. Dia menyebut satu kota di mana orang memang rutin tiba berbondong-bondong untuk berdoa bersama. Mereka tidak perlu liputan media juga tidak perlu pamer apalagi hingga foto-foto kemudian di-share di sosmed.

Masnyaaaa, masa ke Monas terus nggak foto-foto. Ke Monas dan foto itu mandatory. Ini nggak sarkas ini beneran. Ya kan? 95% orang yang pertama kali ke Monas niscaya foto lah. Monas kan ikonik.

7. Polisi sanggup juga menarik simpati

Bukan, bukan urusan polisi ganteng. Tapi cara mereka menarik simpati dengan menggunakan juga peci putih. Semua polwan berjilbab rapi. 👍🏻

8. Saya lupa jika paspampres itu tentara

Hahahaha yang ini bodoh. Abis paspampres Jokowi kan SELALU pake batik ya, sama kaya asisten biasa. Maksudnya asisten yang lulusan IPDN gitu bukan tentara.

Kemarin pake seragam tentara uhwoowww. Kaprikornus terasa jika Jokowi presiden. Biasanya nggak kerasa hahaha. Ya memang ia nggak mau kaya presiden sih, malah Syahrini yang di jalan pake dikawal motor bersirine, Jokowi dan keluarga nggak pernah. 😪

9. Jokowi masih disayang banyak orang

Banyak ibu-ibu yang saya pikir anti Jokowi (karena dia antek Cina 😪) ternyata ikut mengunggah foto Jokowi dengan caption "presidenku". 😍

Dan itu banyaaakkkk. Nggak cuma di Facebook tapi juga di Instagram. Luvvvvv. ❤️

10. Media harus melindungi pekerjanya

Sebagai pekerja media saya duka banget liat video wartawan dilecehkan. 😭

Bukan salah dia loh beneran jika medianya nggak berimbang. Yang di lapangan kan berangkat liputan dan meliput apa menurut isyarat di kantor. 😭

Iya media banyak yang tidak berimbang, tapi tidak lantas membenarkan pelecehan wartawan dengan "salah sendiri beritanya ga imbang!" Melecehkan wartawan sama tidak benarnya dengan menciptakan informasi tidak berimbang.

Btw soal media tidak imbang, jika TV memang susah krosceknya ya, tapi jika media online kan gampang. Orang kini simpel tuduh, apaan nih media ga berimbang padahal gres baca satu berita.

Woy, search dulu kali informasi yang lain. 😩

Karena informasi kan ditulis berdasar konteks. Misal sedang menulis informasi Ridwan Kamil sanggup penghargaan apa gitu, kan tidak nyambung jika ditambah background Bandung banjir.

Tapi bukan berarti tidak imbang kan? Kecuali ketika Bandung banjir tidak diberitakan. Kaprikornus jangan terlalu simpel judge media tidak imbang.

Yang tidak imbang itu yang konsisten share informasi hoax dan menjelek-jelekkan orang terus. Mereka bahkan bukan pers, mau dilaporkan ke dewan pers juga tidak terang forum yang menaungi apa, apalagi ngomong kode etik jurnalistik, JAUH. 😪

Itu aja sih.

*

Saya bersyukur aksinya tenang jadi sanggup pulang cepat sebab jalanan kosong sekali. 😊

Saya tentu masih percaya ada pemain drama politik ikut menunggangi tapi mereka memang tidak peduli. Orang-orang ini tiba dan berkumpul, membela apa yang mereka imani apa yang mereka percaya. Urusan politik bukan urusan mereka, jika pun ditunggangi supaya Tuhan yang balas. Setidaknya mereka berpikir demikian dan itu cukup. 😊

-ast-

0 komentar:

Posting Komentar