Minggu ini timeline ramai sekali ya, antara heboh full day school dan ijab kabul Alvin-Larissa. Buat pak menteri, pelajaran ya pak, jika sama wartawan jangan asal ngomong padahal belum dipikirin amat. Baru berapa hari pribadi dibatalin. Kan … malu. -______-
Tapi #SassyThursday kali ini bukan mau ngomongin itu, meskipun saya kayanya mau masukin Bebe sekolah full day ya hahahaha. Topiknya yaitu Alvin dan Larissa (yang elok bangeeettt). Kenapa? Karena sudut pandang saya dan Nahla mungkin akan beda, saya nikah di usia pas bagi kepercayaan masyarakat Indonesia yaitu 25 tahun, sementara Nahla nikah di umur 17 tahun.
WHAT. YA KAN.
Mungkin jika dulu beneran nikah muda dan pribadi punya anak kaya sekarang, saya niscaya nggak ke mana-mana. Mana mungkin udah nikah dan punya anak bisa nonton konser sebulan 3 kali atau kerja hingga tengah malam. Bisa, tapi saya nggak mau. Buktinya hingga sekarang, sesudah punya anak, saya nggak pernah nonton konser lagi. Terakhir nonton konser itu beberapa ahad sebelum nikah. Padahal saya suka nonton konser. Konser membuatku senang wtf. Apalagi nonton konser berdua JG, kencengan ia nyanyinya dan semangatan ia nge-dance-nya dibanding penyanyinya lol.
(Baca: Cita-cita yang Tertunda Karena Anak)
Apakah saya salut sama yang menikah muda?
TENTU! Itu sebabnya pas nemu blog Nahla, pribadi saya email ngajak kenalan dan nanya: “KOK KAMU BARU UMUR SEGITU UDAH PUNYA ANAK?” LOL Maap ya saya kan anaknya sok akrab. -______- Karena saya tau persis jika saya masih mau main banget umur segitu mah. Dan punya anak itu kesepakatan yang luar biasa besar. Saya aja umur 26 punya anak, nangis-nangis kaya apa pas tahu hamil lantaran saya takut nggak bisa jadi orangtua yang baik.
Nggak ada tangis haru senang lantaran saya takut banget. Takut anak saya jadi rusak gara-gara punya ibu kaya saya yang nggak tahu apa-apa soal membesarkan anak. Tapi sesudah dijalani, saya gres sadar SEMUA ORANGTUA nggak tau apa-apa ihwal membesarkan anak hingga mereka membesarkan anak mereka.
Tapi terus pas pertama kali ketemu Nahla, saya gres tahu jika suaminya nggak muda juga, nggak seumuran. Suaminya Nahla seumuran sama saya jadi yah, bukan yang sama-sama muda gitu loh. Langsung maklum dan ngerti lantaran Brian tipe yang mengayomi gitu. Dan Brian udah kerja pas nikah jadi yah, nggak terlalu mempertanyakan lagi.
Saya salut sama yang menikah muda lantaran akan banyak pengorbanan. Yayaya menikah bikin banyak rezeki lalala, tapi harus diakui jika menikah mau nggak mau membatasi kita sebagai perempuan. Minimal membatasi pulang ke rumah jam berapa lantaran ya masaaa ninggalin suami hingga subuh ya kan. *perempuan macam apa yang pergi hingga subuh* *kemudian saya dijudge* *bodo amat*
Apa kriteria seseorang dianggap bisa menikah?
Katanya jangan menunda nikah lantaran materi. Whoa whoa whoa, bahan tetep harus sih berdasarkan saya. Ya tapi kan nggak perlu nikah gede-gedean di gedung, tapi bahkan nikah di KUA aja kan harus bayaarrr.
Materi di sini maksudnya harus punya penghasilan sendiri dan nggak ngerepotin orangtua. HARUS! Apapun bentuknya itu, harus TAHU mau ngasih makan diri sendiri dan istri pakai uang dari mana untuk 3 bulan ke depan. Kalau di umur 17 tahun menyerupai Alvin sudah bisa menyerupai itu dan orangtuanya merestui mah, go ahead. Minimal perut kenyang lah.
Meskipun nikah bukan cuma urusan perut tapi juga mengurusi dua kepala dengan isi dan rujukan pikir berbeda. Yang ini diperlukan kedewasaan dan kematangan. Kalau Alvin kan beda yah, kata bapaknya ia masuk 5 pesantren dengan madzahib yang berbeda. Dia juga katanya sudah punya penghasilan sendiri dan bagi yang mengenal langsung, katanya ia cukup umur sekali untuk ukuran remaja seusianya. Dia pula yang menciptakan Larissa masuk Islam. Luar biasa ya.
Tandanya, menikah muda BUKAN untuk semua orang!
Kecuali kalian tiba dari keluarga yang nggak pernah tau dan mikirin uang itu datengnya gimana sih? Tau-tau tabungan penuh aja tiap bulan ya kan. Sekolah udah sesuai passion dari kecil, lulus Sekolah Menengan Atas kuliah sambil nikah, punya anak 1 nannynya 2, hidup kalian nggak akan susah-susah amat lah. Tapi jika dari nol dan umur segitu hmmmm. Pasti lebih berat, apalagi umur segitu kan lagi egois-egoisnya.
Apalagi alasannya untuk menghindari zina. Aku kok kaya agak gimana gitu … semacam mencurigai anak sendiri? Atau mencurigai kemampuan diri sendiri untuk melindungi anak?
Dan apakah menikah niscaya akan menjauhkan seseorang dari zina? Sementara banyak ustaz sudah beristri yang juga menikah lagi dengan alasan menjauhi zina. Dan menikahnya bukan pula satu atau dua kali tapi tiga kali LAGI. Kaprikornus ijab kabul yang pertama gagal dong menjauhkan ia dari zina. I just don’t understand.
Apakah saya akan mengizinkan Bebe menikah muda?
0 komentar:
Posting Komentar