Perumahan kayana 2 bekasi | kayana 2 residence | perumahan kayana 2

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Sabtu, 27 September 2014

Sebagaimana halnya tumbuhan perkebunan lainnya, tumbuhan karet tak luput dari gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit ini harus ditangani dengan baik biar tumbuhan tumbuh subur dan produktivitasnya optimal.

A. Hama
Beberapa jenis binatang menjadi hama tumbuhan karet dari fase pembibitan, penanaman, hingga fase berproduksi.

1. Tikus.
Tikus (Rattus sp.) menjadi hama tumbuhan karet pada fase perkecambahan dan pesemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan dan ketika penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda.
Langkah pencegahan sanggup dilakukan dengan melindungi tempat perkecambahan biar tikus tidak sanggup masuk ke dalamnya. Dalam hal ini tempat perkecambahan yang berupa kotak sanggup ditutup dengan kawat kasa dan tempat perkecam-bahan di atas tanah dipasang pagar plastik.

2. Belalang.
Belalang menjadi hama bagi tumbuhan karet pada fase penyemaian dengan cara memakan daun daun yang masih muda. Serangga ini tergolong sangat rakus. Jika daun muda habis, mereka tak segan-segan memakan daun-daun tua, bahkan tangkainya.
Mengendalikan serangan belalang sanggup secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Thiodan dengan takaran 1,5 ml/liter air. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 ahad sekali tergantung pada intensitas serangannya.

3. Siput.
Siput (Achatina fulicd) menjadi hama lantaran memakan daun-daun karet di areal pembibitan dengan tanda-tanda daun patah-patah. Di daun-daun yang patah ini terdapat alur jalan berwarna keperakan mengkilap yang merupakan jejak siput.
Pengendalian secara mekanis sanggup dilakukan dengan cara mengumpulkan siput-siput yang bersembunyi di tempat teduh dan memperabukan atau menguburnya. Sementara itu, secara kimiawi dengan menciptakan umpan dari adonan dedak, kapur, semen, dan Meradex dengan perbandingan 16:5:3:2. Campuran ini dilembabkan dulu dengan cara diberi air sedikit kemudian diletakkan di areal pembibitan. Siput yang memakan umpan ini akan mati.

4. Uret Tanah.
Uret tanah merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang, menyerupai Helotrichia serrata, Helotrichia rufajlava, Helotrichiafessa, Anomala varians, Leucopholis sp., Exopholis sp., dan Lepidiota sp. Bentuk uret tanah ini menyerupai abjad “C” dengan warna putih hingga kuning pucat. Uret tanah menjadi hama yang sangat merugikan lantaran memakan potongan tumbuhan karet yang berada di dalam tanah, terutama tumbuhan karet yang masih berada di pembibitan.
Mencegah serangan hama ini sanggup dilakukan dengan menaburkan Furadan 3 G sesuai dengan takaran yang danjurkan pada ketika menyiapkan areal pembibitan. Sementara itu, pengendaliannya sanggup secara mekanis atau kimiawi. Secara mekanis dengan mengumpulkan uret-uret tersebut dan membakarnya. Secara kimiawi dengan menaburkan Furadan 3 G, Diazinon 10 G, atau Basudin 10 G di sekitar pohon karet. Dosis yang digunakan sekitar 10 gram/pohon.

5. Rayap.
Rayap yang menjadi hama bagi tumbuhan karet, terutama spesies Microtermes inspiratus dan Captotermes curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit yang gres saja ditanam di lahan, dari ujung stum hingga perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat.
Pengendaliannya sanggup dengan kultur teknis, mekanis, dan kimiawi. Secara kultur teknis ujung stum hingga sedikit di atas mata dibungkus plastik biar rayap tidak memakannya. Secara mekanis dilakukan dengan menancapkan umpan berupa 2 - 3 batang singkong dengan jarak 20 - 30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut daripada bibit karet yang lebih keras.
Pengendalian secara kimiawi sanggup dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi rayap, menyerupai Furadan 3 G dengan takaran 10 gram ditaburkan di sekitar batang karet. Bisa juga memakai Agrolene 26 WP atau Lindamul 250 EC dengan takaran dan frekuensi pemakaian sanggup dibaca di kemasannya.

6. Kutu.
Kutu tumbuhan yang menjadi hama bagi tumbuhan karet ialah Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer lacca, Ferrisiana virgata, dan Planococcus citri yang masing-masing mempunyai ciri berbeda. Saissetia berbentuk perisai dengan warna cokelat muda hingga kehitaman. Laccifer berwarna putih lilin dengan kulit keras dan hidup berkelompok. Ferrisiana berwarna kuning muda hingga kuning renta dengan tubuh tertutup lilin tebal. Sementara itu, Planococcus berwarna cokelat gelap dan badannya tertutup semacam lilin halus mengilap. Kutu tersebut menjadi hama bagi tumbuhan karet dengan cara menusuk pucuk batang dan daun muda untuk mengisap cairan yang ada di dalamnya. Bagian tumbuhan yang diserang berwarna kuning dan risikonya mengering, sehingga pertum-buhan tumbuhan terhambat.

Hama lain yang sering merusak tumbuhan karet, khususnya yang berada di pinggir hutan antara lain: Babi hutan, Rusa, Kijang, Tapir, Monyet, Tupai dan Gajah.

B. Penyakit
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tumbuhan karet umumnya lebih besar dibandingkan dengan serangan hama. Selain lantaran kerusakan akhir serangan penyakit, kerugian lain ialah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulanginya. Karenanya, upaya pencegahan harus menerima perhatian penuh, serta pengamatan dini secara terus-menerus sangat penting.
Penyakit pada tumbuhan karet dengan kerugian besar umumnya disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh kuman dan virus kerugiannya tidak begitu besar. Penyakit tumbuhan karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun.

1. Penyakit Akar Putih.
Disebut dengan penyakit akar putih lantaran di akar tumbuhan yang terjangkit terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang melekat berpengaruh dan sulit dilepaskan. Akar tumbuhan yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih ialah Rigidoporus lignosus yang membentuk tubuh buah menyerupai topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di potongan bawah tempat spora. Jika sudah tua, tubuh buah tersebut akan mengering dan berwarna cokelat.
Gejala-gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tumbuhan yang sakit akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya. Memastikan secara dini tumbuhan karet terjangkit penyakit akar putih atau tidak, sanggup dilakukan investigasi tajuk dan akar dengan derma mulsa.
Akar putih termasuk penyakit berbahaya kalau dilihat dari akhir yang ditimbulkannya. Prevalensi serangan penyakit tertinggi terjadi pada tumbuhan muda berumur 2 - 4 tahun, meskipun sanggup juga menyerang tumbuhan berumur enam tahun. Serangan pada umur tiga tahun sanggup menimbulkan maut dalam waktu enam bulan semenjak terinfeksi dan pada umur enam tahun menimbulkan maut sesudah setahun terserang. Infeksi penyakit akar putih terjadi lantaran persinggungan akar sehat dengan sisa-sisa akar tumbuhan usang yang mengandung spora cendawan ini.
Penyebarannya sanggup dengan derma angin yangmenerbangkan spora ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa tumbuhan yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul ini jamur menjalar ke akar dan risikonya menginfensi akar-akar sehat di sekitarnya.

2. Penyakit Akar Merah.
Jika penyakit akar putih cenderung menyerang tumbuhan muda (berumur 2 – 4 tahun), penyakit akar merah justru lebih banyak menyerang tumbuhan cukup umur atau bahkan yang mulai menua. Meskipun berbahaya, maut tumbuhan gres terjadi lima tahun sesudah terinfeksi. Gejala yang sanggup dilihat dari serangan penyakit ini ialah terjadinya perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning, dan risikonya berguguran.
Disebut dengan penyakit akar merah lantaran kalau tanah di tempat perakaran tumbuhan yang sakit dibongkar akan terlihat miselia jamur berwarna merah muda hingga merah renta di akar-akarnya. Miselia tersebut melekat sangat erat dan mengikat butiran tanah, sehingga menjadi menyerupai berkerak. Jika sudah kering, miselia tersebut akan berwarna putih, tetapi kalau dibasahi dengan air akan kembali berwarna merah. Infeksi terjadi kalau akar tumbuhan sehat bersentuhan dengan akar tumbuhan sakit atau akar yang mengandung spora cendawan penyebab penyakit akar merah. Infeksi juga terjadi kalau spora jatuh di leher akar lantaran tiupan angin.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar putih.

Penyakit yang menyerang batang

1. Jamur Upas.
Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor yang mempunyai empat tingkat perkembangan. Tahap pertama atau sering disebut dengan tahap sarang laba-laba ialah terbentuknya lapisan tipis berwarna putih di permukaan kulit. Tahap selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, biasa disebut dengan tahap bongkol. Pada tahap ketiga atau tahap kortisium, terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda. Tahap terakhir atau tahap nekator ialah terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua.
Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang dan tajuk gampang patah. Gejala penyakit ini ialah munculnya benang-benang berwarna putih menyerupai sutera di pangkal atau potongan atas percabangan. Dalam perkembangannya, benang-benang tersebut membentuk lapisan kerak berwarna merah dan risikonya menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama-kelamaan kulit tumbuhan yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan mengelupas. Bagian kayu di bawah kulit akan rusak dan menghitam. Pada serangan yang lebih parah, tajuk percabangan akan mati dan gampang patah oleh tiupan angin.

2. Kanker Bercak.
Penyakit kanker bercak muncul akhir infeksi jamur Phytophthora palmivora yang mempunyai benang-benang hifa berwarna putih yang kurang terang dilihat dengan mata telanjang. Jamur ini berkembang biak dengan spora yang sanggup bertahan hidup usang di dalam tanah.
Gejala serangan penyakit ini tidak gampang dikenali lantaran serangannya dimulai dari bawah kulit. Kulit yang sakit gres terlihat kalau dilakukan pengerokan kulit batang atau kulit cabang, yaitu adanya warna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar meluas ke samping, kambium, dan potongan kayu. Bagian yang sakit biasanya mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kemerahan dengan anyir busuk. Kadang-kadang terjadi pengumpulan lateks di bawah kulit, sehingga menciptakan kulit batang pecah dan membuka. Di potongan terbuka tersebut sering dimasuki serangga penggerek batang. Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan, sehingga tumbuhan akan merana dan risikonya mati. Penyakit ini lebih banyak menyerang tumbuhan karet di kebun-kebun berkelembaban tinggi atau terletak di tempat beriklim basah.
Angin dan hujan sanggup menjadi sarana penyebaran penyakit ini. Angin menerbangkan spora dan percikan air hujan di tanah akrab tumbuhan sanggup memindahkan spora dari tanah ke batang tumbuhan sehat. Agar pengendalian penyakit sanggup dilakukan sedini mungkin, selama demam isu hujan seminggu sekali harus dilakukan investigasi tanaman.

3. Busuk Pangkal Batang.
Cendawan Botrydipbdia theobromae ialah biang keladi penyakit busuk pangkal batang. Jamur ini mempunyai tubuh buah penghasil spora dalam jumlah banyak yang terdapat di kulit batang yang terinfeksi. Spora akan menyebar lantaran angin atau hujan untuk menginfeksi tumbuhan sehat.
Penyakit busuk pangkal batang lebih sering menyerang tumbuhan karet muda yang siap disadap, yaitu tumbuhan berumur empat tahun dengan prevalensi mencapai 66%. Pada tumbuhan berumur tiga tahun, prevalensi serangan mencapai 30% dan pada tumbuhan berumur lebih dari lima tahun kemungkinannya 0%. Munculnya penyakit busuk pangkal batang dipicu oleh kondisi tumbuhan yang buruk akhir kekurangan air lantaran kemarau yang berkepanjangan atau tumbuhan terluka oleh alat-alat pertanian. Spora cendawan akan berkembang pada kelembaban tinggi dan suhu udara rendah.
Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang agak sulit dikenali, sehingga diharapkan ketelitian atau kecermatan. Di pangkal batang kulit terlihat kering dan pecah-pecah, padahal kayu di potongan atasnya masih utuh dan baik. Lama-kelamaan kulit pecah-pecah tersebut menghitam, potongan kayu rusak, dan menjalar ke atas. Bagian yang rusak dan terlihat menyerupai terbakar tersebut tingginya mencapai satu meter atau lebih sanggup menimbulkan tumbuhan gampang patah lantaran tidak berpengaruh menyangga tajuk.

Penyakit yang menyerang bidang sadap

1. Kanker Garis.
Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak, yakni Phytophthora palmivora. Infeksi cendawan ini menimbulkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan di bekas bidang sadap lama, sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Penyakit ini umumnya berjangkit di kebun-kebun berkelembaban tinggi, terletak di wilayah beriklim basah, serta di kebunkebun yang penyadapannya terlalu akrab dengan tanah.
Gejala serangan penyakit kanker garis sanggup dilihat dari adanya selaput tipis putih dan tidak begitu terang menutup alur sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang terletak di atas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna cokelat kehitaman. Dalam perkembangannya, garis-garis ini akan menyatu membentuk jalur hitam yang tampak menyerupai retakan membujur di kulit pulihan. Pada beberapa kasus, di bawah kulit yang gres pulih akan terbentuk gumpalan lateks yang sanggup menimbulkan pecahnya kulit. Dari pecahan kulit ini akan keluar tetesantetesan lateks berwarna cokelat yang berbau busuk. Karena rusak, pemulihan kulit akan terhambat. Agar pengendalian penyakit sanggup dilakukan sedini mungkin, perlu dilakukan investigasi yang cermat pada seluruh tumbuhan setiap hari sadap selama demam isu hujan.
Usaha-usaha yang sanggup dilakukan untuk pencegahan penyakit ini sebagai berikut.
- Penyadapan jangan terlalu dalam dan tidak terlalu akrab dengan tanah.
- Sebelum digunakan pisau sadap diolesi fungisida Difolatan 4 F 1 % atau Difolatan 80 WPl %.
Pengendaliannya sanggup dilakukan dengan mengoleskan fungisida Difolatan 4 F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%, atau Actidione 0,5 % di jalur selebar 5—10 cm di atas dan di bawah alur sadap memakai kuas segera sesudah dilakukan penyadapan atau paling baik sesudah pemungutan lateks yang belum membeku. Setelah sembuh, bidang sadap ditutup dengan Secony CP 2295 A.

2. Mouldy rot.
Penyebab penyakit mouldy rot ialah cendawan Ceratocystis jimbriata dengan benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu di potongan yang terserang. Spora banyak dihasilkan di potongan tumbuhan yang sakit dan sanggup bertahan usang dalam kondisi kering. Akibat yang ditimbulkan penyakit ini sarat dengan kanker garis, yaitu menimbulkan luka-luka di bidang sadap, sehingga pemulihan kulit menjadi terganggu. Luka-luka tersebut meninggalkan bekas bergelombang di bidang sadap, sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya. Bahkan, dalam beberapa masalah bidang sadap menjadi rusak, sehingga tidak sanggup dilakukan penyadapan lagi.
Penyakit ini gampang berjangkit pada demam isu hujan, terutama di daerah-daerah berkelembaban tinggi dan beriklim basah. Penyadapan yang terlalu akrab dengan tanah juga sanggup memicu serangan penyakit ini. Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan angin, sehingga jangkauan penyebarannya menjadi luas. Penularan sanggup juga melalui pisau sadap yang gres saja digunakan menyadap tumbuhan yang sakit.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan munculnya selaput tipis berwarna putih di bidang sadap di akrab alur sadap. Dalam perkembangannya, selaput tersebut membentuk lapisan menyerupai beledu berwarna kelabu sejajar alur sadap. Jika lapisan ini dikerok akan terlihat bintik-bintik berwarna cokelat atau hitam. Lebih lanjut, serangan ini akan meluas ke kambium dan potongan kayu. Serangan dikategorikan sudah parah kalau potongan yang sakit terlihat membusuk berwarna hitam kecokelatan. Bekas serangan tersebut akan membentuk cekungan berwarna hitam menyerupai melilit sejajar alur sadap.
Pencegahannya sanggup dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Jarak tanam jangan terlalu rapat dan tumbuhan epilog tanah rutin dipangkas biar kebun tidak      
   lembab.
- Kegiatan penyadapan jangan terlalu sering dan kalau perlu ketika serangan menghebat kegiatan 
  penyadapan dihentikan.
- Sebelum penyadapan, pisau yang akan digunakan dicelupkan ke larutan Difolatan 4 F 1% atau 
  Difolatan 80 WP 1%.

3. Brown Blast.
Penyakit brown blast bukan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, melainkan lantaran penyadapan yang terlalu sering, apalagi kalau disertai penggunaan materi perangsang lateks. Penyakit ini juga sering menyerang tumbuhan yang terlalu subur, berasal dari biji, dan tumbuhan yang sedang membentuk daun baru.
Gejala penyakit ini sanggup dilihat dengan tidak mengalirnya lateks dari sebagian alur sadap. Beberapa ahad kemudian seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi cokelat lantaran terbentuk gum (blendok). Kulit menjadi pecah-pecah dan di batang terjadi pembengkakan atau tonjolan.
Penyakit ini berbahaya lantaran sanggup menurunkan produktivitas lateks dalam jumlah yang cukup signifikan lantaran alur sadap mengering, sehingga tidak sanggup mengalirkan lateks. Meskipun tidak mematikan dan tidak menular ke tumbuhan lain, penyakit ini sanggup meluas ke kulit yang seumur di tumbuhan yang sama. Agar penyakit ini terdeteksi semenjak dini, perlu dilakukan investigasi tumbuhan setiap hari, terutama di kebun-kebun yang disadap dengan intensitas terlalu tinggi.
Beberapa upaya pengendalian yang sanggup dilakukan sebagai berikut.
-  Jangan melaksanakan penyadapan terlalu sering dan dianjur-kan mengurangi penggunaan bahan 
   perangsang lateks, terutama pada klon-klon yang peka terhadap brown blast, menyerupai PR 255, 
   PR 261, dan BPM 1.
-  Tanaman yang kulitnya tidak sanggup disadap lagi sebaiknya tidak disadap .

Penyakit yang menyerang daun

1. Colletotrichum
Penyakit colletotrichum disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides dengan gejalagejala berupa daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, potongan ujung mati, menggulung, dan risikonya berguguran. Sementara itu, serangan pada daun renta menawarkan gejala-gejala adanya bercak cokelat atau hitam, berlubang, mengeriput, dan sebagian ujungnya mati sehingga pertumbuhan tumbuhan terhambat.
Serangan penyakit ini umumnya terjadi di perkebunan yang tanamannya gres saja membentuk daun-daun muda, biasanya pada demam isu hujan. Kebun-kebun yang terletak di tempat tinggi dengan curah hujan tinggi juga gampang terjangkit penyakit ini. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau hujan. Penyebaran spora ini umumnya terjadi pada malam hari, terutama ketika hujan turun.
Beberapa perjuangan pencegahan yang sanggup dilakukan sebagai berikut.
- Mempercepat pembentukan daun-daun muda dengan pemupukan intensif, dimulai dari munculnya   
   kuncup hingga daun menjadi hijau.
- Pemeriksaan tumbuhan harus dilakukan sedini mungkin biar kalau terjadi serangan segera bisa 
   dikendalikan lebih cepat.
Pengendalian penyakit ini sanggup dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Dithane M 45 0,25%, Manzate M 200 0,2%, Cobox 0,5%, dan Capravit 0,5% seminggu sekali selama lima kali. Penggunaan Cobox dan Capravit jangan dilakukan ketika penyadapan lantaran sanggup menurunkan mutu lateks.

2. Phytophthora.
Phytophthora tergolong penyakit daun, tetapi gejalanya justru terlihat pada buah yang berwarna hitam dan kemudian membusuk. Dari potongan ini penyakit akan menular ke daun dan tangkainya, sehingga beberapa ahad kemudian daun dan tangkai tersebut gugur. Daun yang berguguran tetap berwarna hijau, tetapi di sepanjang tangkainya terdapat bercak-bercak hitam dan gumpalan lateks.
Cendawan Phytopthora botriosa atau Phytopthora palmivora ialah penyebab penyakit ini. Spora cendawancendawan ini banyak terdapat di pucuk tanaman, tetapi sanggup juga bertahan di daun yang gugur atau di dalam tanah. Penyakit ini umumnya berjangkit pada demam isu hujan dengan penularan melalui spora yang dibawa air hujan atau angin.
Pencegahan penyakit phytopthora sanggup dilakukan dengan tidak menanam klon-klon yang peka terhadap penyakit ini, menyerupai PB 86, PRIM 600, Tjir 1, atau PR 107. Pencegahan lain sekaligus pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Cobox atau Cupravit dengan takaran dan frekuensi yang sanggup dibaca di kemasannya. Penyemprotan sebaiknya memakai mist blower.

3. Corynespora.
Penyebab penyakit corynespora ialah cendawan Corynespora casssiicola dengan hifa berwarna hitam pucat yang kurang terang terlihat di permukaan daun. Cendawan ini mempunyai inang yang banyak, menyerupai singkong, akasia, angsana, dan pepaya. Mula-mula penyakit ini diketahui berjangkit di perkebunan karet di Malaysia pada tahun 1960. Dari Malaysia, penyakit ini menyebar ke India pada tahun 1961 dan pada tahun 1969 kedapatan menyerang perkebunan karet di Nigeria. Pada tahun 1980 penyakit ini masuk ke Sumatera Utara, tahun 1982 ke Jawa Tengah, dan 1984 ke Jawa Barat.
Penyebaran penyakit ini melalui spora yang terbawa terbang oleh angin. Meskipun serangannya sanggup dikatakan lambat, penyakit ini dianggap sebagai salah satu penyakit yang berbahaya.
Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam menyerupai menyirip, lemas, pucat, ujungnya mati, dan risikonya menggulung. Serangan pada daun renta juga menawarkan tanda-tanda berbercak hitam dan menyirip. Bercak ini akan meluas sejajar urat daun dan adakala tidak teratur. Pusat bercak berwarna cokelat atau kelabu, kering, dan berlubang. Daun-daun tersebut menjadi kuning, cokelat kemerahan, dan risikonya gugur.
Pengendalian penyakit ini sanggup dilakukan memakai fungisida Mankozeb dan Tridemorf dengan takaran dan interval tertera di labelnya, terutama untuk tumbuhan yang belum disadap. Sementara itu, untuk tumbuhan yang telah disadap dan tingginya lebih dari delapan meter sebaiknya dilakukan pengabutan memakai Tridemorf atau Calixin 750 dengan takaran 500 ml/ hektar, seminggu sekali selama 3 - 4 minggu.

4. Helminthosporium.
Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna putih dan spora berwarna cokelat merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit helminthosporium yang juga kerap disebut dengan penyakit mata burung ini sering menyerang tumbuhan muda di pesemaian atau pembibitan, sehingga menimbulkan pertumbuhan terhambat dan waktu okulasinya pun terhambat.
Serangan penyakit ini sering terjadi pada demam isu kemarau, terutama pada tumbuhan yang terlalu banyak dipupuk nitrogen, kondisi lemah, dan kekurangan air. Penyebaran penyakit helminthosporium melalui spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, atau alat-alat pertanian mengandung spora yang mengenai tumbuhan sehat.

Gejala infeksi penyakit ini ialah daun-daun muda menjadi hitam, menggulung, dan kemudian gugur.

0 komentar:

Posting Komentar